Share on facebook
Share on twitter
Share on linkedin
Share on pinterest
Share on email
Share on whatsapp

13566917_10208850680679694_3116463732278853639_n

Bukan kebetulan jikalau ada kata “uang” didalam kata “peluang”. Peluang bagaimana yang akan menghasilkan uang? Semua…semua peluang yang pabila mampu kita tangkap dan kelola dengan baik. Terdengar sederhana, ya sesederhana kita menghirup udara disekitar kita. Peluang ada dimana-mana, ada setiap saat. Peluang enggak hanya hadir sekali dua kali, berkali-kali bahkan. Pertanyaannya kemudian, ketika peluang itu hadir, apakah diri kita sudah siap? Kapasitas diri kita apa sudah mumpuni untuk menerima peluang tersebut? Porsi diri kita sudah seberapa besar untuk dapat menampung limpahan peluang yang seliweran di depan mata? Sudut pandang kita sudah setajam apa sudah sejauh mana sudah sepeka apa untuk mampu melihat peluang ada dengan pengkalian waktu jauuhh jauuhh ke depan?

Menangkap peluang adalah perkara waktu, dan yang terpenting adalah persiapan diri kita. Sekecil apapun peluangnya, jika kasitas diri kita cukup besar, hasilnya pun pengkaliannya, bahkan kali kuadrat jika perlu. Boommmm….peluang langsung diolah dengan percepatan, sehingga hasilnya tak perlu menunggu lama, dan sudah pasti panen raya segera terjadi. Eiittsss, peluang itu ada korelasi dengan waktu juga ya, perlu proses booookkk. Mie instant aja perlu dimasak dsb nya dulu, gak instant langsung jebrettt jadi.

Persiapan mengenai kompetensi diri, kelayakkan diri untuk mampu menangkap peluang yang ada, bahkan menciptakan peluang jikalau peluang tak kunjung tiba di waktu yang sudah ditunggu-tunggu, adalah wajib hukumnya. Besar kecil peluang itu adalah hal yang relatif. Karena pertanyaannya, siap ka diri kita sebagai wadahnya? Isi akan menyesuaikan wadah. Kalo wadah kecil, isi berkelimpahan pun akan luber jatuh kemana-mana. Belum lagi kalo wadahnya ada lubang yang tak mampu memuat keseluruhan isi, peluang pun berhamburan sudah. Ibarat ember besar yang di sepertiga ujung pinggirnya terdapat lubang menganga, air yang di masukkan ke ember akan mengalir keluar, ember tak bisa penuh. Nah, menambal kebocoran ini adalah dengan belajar, belajar dan belajar. Tingkatkan pengetahuan, pengalaman dan ragam ilmu yang mumpuni. Sehingga, kapan pun dan bagaimana pun wujud rupa peluang yang hadir, kita mampu mengenalinya, menjamunya, dan kemudian jadi sumber rezeki yang terus menerus melimpah dalam hidup kita.

Kami…, aku dan Oman selalu senang ketika proses belajar bersama serupa ini. Setiap orang adalah murid, setiap orang adalah guru, kita belajar dimanapun, kapanpun dan dengan siapapun. Semoga kesempatan serupa ini dapat kami tangkap dan untuk kemudiang peluang menjadi uang:)

#CeritaKita 22 Juni 2016

Tulisan dari Lindia Palupi

Scroll to Top