
Baling Baling Si Kakek.
Seharian kemarin kami berkeliling mencari beberapa bahan untuk event berikutnya. Sampai akhirnya kami masuk ke salah satu toko buku di daerah jalan Hayam Wuruk.
Sepulangnya, masih dari parkiran, kami melihat seorang kakek yang duduk menunduk sambil tertidur lelah. Tanpa berpikir panjang, kami pun menghampiri si kakek yang disebelahnya ada sekeranjang telur puyuh dan tiga buah mainan baling-baling. Belum juga sampai, si kakek tiba-tiba terbangun dan langsung menatap ke arah kami.
Sambil senyum kami menanyakan, berapa harga baling-baling ini kek?
….. *suaranya kecil sekali.
Berapa kek?
….. ribu *masih belum jelas terdengar
Maaf kek, berapa harganya?
Sepuluh ribu, dijawabnya dengan sabar dan senyum merekah.
Kami beli satu ya kek. Iya boleh, balasnya cepat sambil tetap tersenyum. Lalu kamipun memberikan semua uang kembalian dari pembelian buku tadi tanpa menghitung berapa jumlahnya.
Dan si kakek bilang, kok lebih?
Kami hanya tersenyum lalu pamit pergi.
Dari cermin spion kami mengintip, ternyata si kakek masih tersenyum lebar melihat kami yang perlahan meninggalkan si kakek.
Hati ini membuncah, betapa lega dan bahagianya melihat si kakek tadi. Lelahnya kantuknya seketika menghilang berubah menjadi senyuman dan kembali bersemangat. Padahal tidak seberapa yang kami beri.
Doa-doa pun terpanjat dengan tulus untuk si kakek, semoga diberi kesehatan dan kekuatan, rejeki dan kemudahan lainnya agar si kakek terus berjuang tanpa pernah putus asa karena Tuhan itu memang Maha Keren dengan segala keajaibanNya.
Aaahhh, kami belajar lagi hari ini. Diingatkan kembali. Masih diberi kesempatan. Yang kesemuanya membuat kami tak henti-hentinya bersyukur atas segala hal yang terjadi.
Dengan berbagi, tidak ada sedikitpun yang berkurang apalagi menghilang. Tidak melulu tentang materi, apapun yang bisa kita lakukan untuk orang lain, lakukanlah. Berbagi, melatih kita tentang banyak rasa, terutama rasa bahagia.
_Denpasar, 2 Agustus 2016